Selasa, 01 Maret 2016

Buya Hamka dan Tafsir Al-Azhar


Judul Buku: Buya Hamka dan Tafsir Al-Azhar
Penulis: Qosim Nursheha Dzulhadi
Tahun Terbit: 2016
Halaman: 88
Genre: Kajian, Referensi


“… Hamka was, arguarly, the most widely read novelist of his age. He was, until his death in 1981, certainly the most popular ulama in the New Order Indonesia. While “Hamka the individual” remains obscure, his writings should be acknowledged as an important source for historians and writers; they have an authoritative place in the work of Taufik Abdullah, Harry Benda, Deliar Noer, and Anthony Reid, among others, it is not the purpose of this essay to redeem Hamka politically or defend the literary merit of his fiction. But because of perceived failures, Hamka has often been wrongly ignored. He deserves to be recognized as an interesting and importan figure in modern Indonesian history.”
―Jeffery Hadler―

Pengantar


BUYA HAMKA, demikian dikenal namanya, adalah seorang ulama, politisi, sekaligus sastrawan. Kiprahnya sebagai ulama tidak diragukan lagi. Karena karyanya dalam bentuk buku yang “bernafaskan” Islam membuktikan hal itu. Kiprahnya sebagai politisi juga tak terbantah. Karena pernah menjadi anggota Partai Sarekat Islam dan Masyumi. Bahkan sebagai sastrawan dibuktikan dengan beberapa karyanya dalam bentuk novel.[1]
Keilmuan Buya Hamka tak diragukan lagi. Apalagi dalam bidang tafsir Al-Quran. Karyanya yang sangat fenomenal adalah Tafsir Al-Azhar, yang beliau tuntaskan penulisannya di dalam jeruji besi alias penjara membuktikan hal itu. Ini mengingatkan kita kepada pemikir, ideolog Ikhwanul Muslimin (IM) sekaligus sastrawan Mesir, Sayyid Qutb (w. 1966): yang menulis tafsirnya Fī Zhilāl al-Qur’ān (Di Bawah Naungan Al-Quran) dari balik terali besi juga. Atau ke zaman yang lebih klasik, Imam Ibn Taimiyyah (w. 728 H) yang melahirkan karya-karyanya dari dalam penjara. Lebih dari itu, Tafsir Al-Azhar karya Buya Hamka ini menjadi menarik untuk dikaji karena ia alami: hasil anak negeri, ulama besar Indonesia, asal Maninjau, Sumatera Barat. Meskipun pasti dipengaruhi oleh pemikiran tokoh berikut karya mereka dalam tafsir dan yang lainnya.


[1] Bahkan dua karyanya dalam bidang sastra, Di Bawah Lindungan Ka’bah (Jakarta: Bulan Bintang, Cet. ke-26, 1422 H/2001 M) dan Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck (Jakarta: Bulan Bintang, Cet. ke-26, 1423 H/2002 M) telah diangkat ke layar lebar. 
Beliau juga menerjemahkan satu karya novelis asing, Alexander Dumas Jr., Margaretta Gauthier (Jakarta: Bulan Bintang, Cet. VII, 1975). Cetakan pertama buku ini terbit pada 1941. Aslinya novel ini dalam bahasa Perancis. Kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Arab oleh Syaikh Musthafa Luthfi al-Manfaluthi. Kemudian Buya Hamka menerjemahkannya ke dalam bahasa Indonesia.
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar